![pegawai vs pedagang vs pengusaha perbedaan pegawai, pedagang dan pengusaha](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgiSJt3b8940jOclKb4IztA4a2KIHveUr5PDRwmuD981pepeH2vgcir3NWMU7aAVsp25p5SzjPW-OCcS2auEsDbXr1VOtTu_jSQHtYJ2nXMlPwVwBpn-CO25DYD0-z1zwGhTia0iMfPvj2g/s200/karyawan+vs+pengusaha.jpg) |
sumber : google |
Pernah saya membaca artikel tapi lupa sumbernya dari mana, ceritanya
kurang lebih seperti ini. Ada seorang yang bisa dikatakan seorang
eksekutif muda lulusan sarjana, dia sering makan siang di warung sop
langganannya dekat kantor, saat dia makan siang sambil memainkan
gadgetnya pemilik warung sop seorang bapak-bapak sederhana berlogat jawa
menyapanya sambil membawa pesanan.
Wah hape mbaru mas? Katanya, pria tersebut menjawab Iya pak bagus nih hapenya mahal lho ini pak jawab pemuda itu.
Iya mas bagus yah, berapaan yah jadi kepingin beli juga nih buat anak pakde, kata si bapak pemilik warung.
Mahal pak ini harganya gaji saya sebulan lho, delapan jutaan kata
pemuda kepada si bapak, Oalah iya yah mahal tenan mas, nanti ajah deh
belinya kalau si dede sudah gede kata si bapak sambil memeluk anaknya
yang baru berusia tujuh tahun itu.
Singkat cerita setelah makan pria itu berfikir mengapa bapak itu
menanyakan harga gadgetnya, apakah seorang pedagang sop bisa membeli
barang mewah tersebut? Dengan penasaran pria itu bertanya kepada si
bapak, Pak kalau boleh tau penghasilan jualan warung sop ini berapa sih
pak?
Ya gak tentu mas, kadang lagi rame ya rame kadang lagi sepi ya sepi,
tapi ya alhmadulillah bisa buat makan, sepi sepinya juga kalau
kantor-kantor pada libur saja kata si bapak.
Kalau boleh tau sehari dapet berapa pak rata-rata kata pria itu masih
penasaran, dengan malu-malu si bapak menjawab Ya kalau rata-rata sih
dapetnya 400 800 ribu mas sehari, ya bersih bersihnya 200 - 400 ribu
dapat untungnya.
Pria muda tersebut termenung berfikir dalam hati, Benar juga, bila
semangkuk sop ini saya beli 25 ribu sepuluh orang yang makan saja
berarti sudah dapat 250 ribu sedangkan mejanya punya kapasitas makan
untuk 10 20 orang saja sering penuh, belum lagi kloter setelahnya, hal
yang mungkin memang mendapatkan nilai seperti itu, kalau seandainya
kuntunganya rata-rata mencapai 300 ribu/ hari maka dalam sebulan
keuntunganya sembilan juta!. Pria itu berfikir kemudian merasa malu membandingkan dirinya, bahwa
ternyata gajinya tidak lebih besar dari penghasilan si bapak warung sop,
bukan hanya penghasilannya yang lebih besar, pria itu harus berangkat
pagi pulang malam untuk mencari uang, sedangkan si bapak masih bisa
memeluk anaknya di saat jam kerja, belum lagi kadang harus bekerja dalam
tekanan dari bos, dan yang paling memalukan adalah pria itu sarjana
sedangkan si bapak entah lulusan apa.
Begitulah cerita seorang pegawai dan seorang pedagang yang pernah
saya dengar, bila kamu seorang pegawai, berapakah gaji kamu saat ini?
Bila diatas delapan juta maka saya masih mengatakan kamu seri melawan
penghasilan si bapak warung sop, tapi jika kamu saat ini bekerja dengan
gaji di bawah delapan juta? Hehehe…. Jawab sendiri yah, masih maukah
jadi pegawai?
Mas tapi kan ada juga pedangan yang tidak lebih baik nasibnya dari
pegawai, contohnya tukang gorengan/ pedagang kaki lima di pinggir jalan?
Memang benar dan inilah yang ingin saya bandingkan antara pedagang vs
pengusaha, bila pegawai menukarkan waktu dan tenaganya dengan uang, sama
halnya pedagang menukarkan waktu dan tenaganya juga dengan uang.
Bila seorang pedagang tidak jualan maka dia tidak akan mendapatkan
uang, sama halnya pegawai bila tidak bekerja maka tidak menghasilkan
uang, tapi tetap ada bedanya. Jika pegawai tidak bekerja selain tidak
akan mendapatkan uang, juga mendapatkan SP (Surat peringatan) dari
kantor dan terancam kehilangan pekerjaan. Hehehe
Walaupun disamakan masih saja pedagang yang menang, tapi bila kita
bandingkan pedagang dengan pengusaha, pedagang masih dikatakan menukar
waktu dan tenaganya dengan uang sedangkan pengusaha akan membangun
sebuah sistem atau aset yang akan tetap menghasilkan uang tanpa harus
menukarkan waktu dan tenaga dengan uang. Contoh bila kamu memiliki usaha
kontrakan/ ruko, setiap bulan kamu akan menerima uang sewa, tanpa harus
kamu bekerja di kontrakan milikmu setiap saat.
Mari kita sedikit brainstorming, ini adalah contoh hitungan kasar
tapi membuat mindset kita terbuka selama ini. Misal kamu sebagai seorang
pengusaha, kamu berbisnis korek api, kamu membangun sistem produksi,
distribusi dan pemasaran korek api, kemudian kamu merekrut sejumlah
pegawai untuk memproduksinya.
Seandainya saya meminta kamu untuk memproduksinya 1000/ hari apakah
kamu bisa? bila kamu sendiri yang produksi mungkin tidak bisa, tapi bila
pegawai yang produksi pasti bisa, pun begitu saya mau kamu menjualnya
1000/ hari, bila kamu yang menjual tentu kuwalahan tapi bila sejumlah
pegawai yang menjual pasti bisa, kalau tidak bisa ya ganti pegawainya
dan seandainya saya meminta kamu mengirimkan 1000/ hari juga bukan hal
yang sulit karena kamu sudah membangun sistemnya.
Nah seandainya seperti itu, bagaian produksi sudah ada, bagaian
menjual juga sudah ada, yang mengirim pun ada, mau berapun kamu ingin
memproduksi menjual dan mengirim tetap bisa kan? Sekarang saya mau tanya
lagi, bila seperti itu kamu yang melakukan apa? Hahaha…. Bila sudah
seperti itu kamu tidak perlu melakukan apa-apa.
Kata siapa mas tidak melakukan apa-apa, kalau contoh diatas itu
sepertinya kita adalah pemilik modal, harus punya banyak uang untuk
merekrut pegawai dan produksi besar-besaran? Iya benar, tapi bisa saja
modalnya bukan dari kamu, kamu bisa cari investor dan keuntungan usaha
kamu sebagian dibagi untuk investor yang menyediakan modal untuk kamu.
Hehehe….. Maksa.
Tapi memang benarkan? Sederhananya seperti itu, jadi pembeda pedagang
dan pembisnis adalah pembisnis memiliki sistem seperti contoh kasar
seperti diatas.
Iya juga yah! Tapi kalau saya sudah bekerja berarti saya bisa dong
bekerja sambil berbisnis, saya bisa mencari pegawai untuk mengerjakan
bisnis saya? Betul memang bisa, tapi sebelum sistem terbentuk pastilah
kamu harus membangun dulu sistemnya, kembali pada diri kamu sendiri bila
memang itu memungkinkan ya silahkan saja bekerja sambil berbisnis, tapi
saran saya fokuslah pada satu pilihan bila kamu tidak dapat mengatur
tenaga dan waktu kamu, bisnis kamu tidak akan maksimal begitu pula
pekerjaan kamu, seperti pepatah mengatakan Bila kamu mengejar dua
kelinci secara bersamaan, maka kamu tidak akan mendapatkan keduanya.
Setidaknya akan terjadi integritas yang menurun sebagai pegawai dan
pengusaha, karena kamu tidak sepenuhnya hadir dalam kedua pekerjaan
tersebut, maka fokuslah pada satu pilihan dan mulailah berkembang.
Teguh Awee